Dompu NTB//suaraglobal.id.
Di Daerah Kabupaten Dompu Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah beberapa tahun terakhir ini tampak fungsi jalan, teratoal dan saluran irigasi sudah tidak sesuai di peruntukan bahkan lebih miris lagi sebagian jalan negara dan daerah kerap digunakan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan setempat dengan menggunakan sebagian badan jalan.
Dengan melihat hal seperti itu Pemerintah Daerah melalui Dinas/instansi atau dalam bahasa kerennya OPD terkait sepertinya menutup mata bahkan masa bodoh dengan pemanfaatan sarana prasarana jalan negara yang sudah di salah gunakan oleh sebagian masyarakat Dompu.
Jalan daerah bantaran kali, teratoal dan bibir saluran irigasi sudah di bangun lapak liar dan ruko yang di duga tidak memiliki IMB.
Dari hasil pantauan awak media secara kasat mata banyak sekali sarana infrastruktur pemerintah yang sudah di salahgunakan oleh warga yang tidak sebagaimana mestinya, misalnya fungsi jalan, teratoal, bantaran kali dan jembatan area saluran irigasi sudah tidak sesuai lagi dengan fungsi yang semestinya terutama yang ada di wilayah Kecamatan Dompu dan Kecamatan Woja bahkan di beberapa Kecamatan lain yang ada di Kabupaten Dompu akan mengalami kondisi yang sama pula, Rabu ( 20/07/22 ).
Di Kecamatan Dompu tepatnya di jalan Letjen Sutoyo Kelurahan Potu mulai dari perempatan lingkungan Magenda hampir sebagian bahu jalan kiri dan kanan sudah di gunakan untuk tempat parkiran kendaraan pribadi warga setempat, sehingga menyebabkan pengguna jalan dan kendaraan yang dari arah timur ke barat dan sebaliknya kerap terjadi ke macetan karena badan jalan sudah sempit.
Kemudian di lanjutkan lagi mulai perbatasan lingkungan Potu barat lingkungan Kampung Rato Kelurahan Karijawa sampai keluar di jalan Negara keadaannya sama dengan Kelurahan tetangga bahkan lebih parah lagi fungsi jalan Negara mulai dari tikungan Karijawa lingkungan Sigi sampai di jembatan Simpasai Kelurahan Simpasai Kecamatan Woja di bahu kiri kanan jalan bahkan di atas teratolal sudah di penuhi bangunan Lapak liar.
Sehingga tidak heran bila melintas di jalan utama mulai dari jembatan cabang lampu merah Kelurahan Karijawa yang menuju ke pusat pertokoan kerap sekali terjadi kemacetan kendaraan yang disebabkan oleh penyempitan badan jalan Negara tersebut, serta jalan yang ada di pusat pertokoan acap kali dilakukan bongkar muat barang sembako dan pabrikan dari kendaraan truck sedang maupun truk fuso.
Jalan sudah sempit, satu jalur lagi dan jumlah kendaraan yang melintas di jalan itu sangat banyak, sehingga ruas jalan dengan volume kendaraan yang melintas di jalan tersebut sudah tidak bisa menampung lagi.
Masih dari hasil pantauan yang sama bahwa di jalur tersebut tidak dibatasi. “Kendaraan truck yang sedang dan besar boleh melintas di jalur tersebut tak ayal kondisi di jalur itu sudah kacau balau” ucap salah satu sopir dari luar daerah yang enggan disebut identitasnya oleh awak media.
Sedangkan di jalan lintas Sumbawa Dompu mulai dari cabang lampu merah Cakre Kelurahan Kandai Dua perbatasan Kelurahan Monta Baru Kecamatan Woja memiliki problem yang berbeda dimana saluran irigasi (Tembo Nae, red bahasa Bima Dompu) tepatnya di depan Kantor Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Dompu sampai di Kantor Kelurahan Monta Baru sudah dipenuhi bangunan lapak liar sepanjang jalur irigasi dan teratoal seyogyanya di peruntukan bagi pejalan kaki namun sudah dijadikan tempat kendaraan pribadi maupun kendaraan truck lainya.
Hal ini masyarakat luar daerah maupun warga Dompu sendiri bertanda tanya, sepertinya pemerintah atau instansi terkait mulai dari pemerintah tingkat atas sampai ke-pemerintah Desa, Kelurahan dan Kecamatan dengan sengaja menutup mata dan masa bodoh terhadap persoalan ini.
“Sebenarnya bila melirik dari semua persoalan itu Pemerintah melalui institusi terkait di daerah sesuai tupoksinya harus berperan aktif dan mengambil langkah- langkah cepat, kongkrit dan komprenhensif sebelum menimbulkan problematik yang besar dikemudian hari” ujar sopir tersebut.
Dampak dari semua permasalahan ini akan menimbulkan imej yang negatif dari masyarakat terhadap masa kepemimpinan Bupati Dompu A Kader Jaelani (AKJ) dengan jargon kebangganya Jarapasaka menuju bumi Nggahi Rawu Pahu yang masyhur untuk sekarang dan kedepan.
Apabila ditelisik dari semangat dan cita-cita luhur yang di gaungkan oleh Bupati Dompu dengan segenap jajarannya, seperti pepatah mengatakan ibarat api yang jauh dari panggangnya, contoh soal dari hal yang kecil ini saja Instansi terkait tidak ada perhatian sama sekali alias masa bodoh, patut diduga Pemerintah melalui Dinas terkait tidak memiliki good weel yang baik dalam membangun daerah ini ke arah yang labih baik lagi. Sehingga Tata ruang, estetika Daerah Bumi Nggahi Rawi Pahu terkesan kumuh dan tidak beraturan.
Ilustrasi atau contoh kasus yang sangat sederhana saja, saluran irigasi induk ini mulai dari Dam Raba Baka di manfaatkan atau diperuntukan mengaliri ribuan hektar lahan persawahan di beberapa desa dan kelurahan di wilayah Kecamatan Woja, namun ketika sudah ada bangunan lapak yang berdiri disepanjang saluran irigasi tersebut akan menimbulkan beberapa persoalan antara lain, pergerakan air terhambat, tumpukan sampah mengalir di lahan sawah, saluran irigasi cepat rusak dan dangkal serta ketika musim hujan air akan tumpah di jalan raya bahkan akan menggenangi pemukiman warga yang berada di sepanjang saluran irigasi tersebut.
Sementara Baba Hima petani asal Desa Baka Jaya mengatakan kekecewaannya atas segala yang terjadi.
“Sejak ada bangunan lapak sepanjang irigasi tersebut debit air sudah semakin kecil dan sampah rumah tangga semakin banyak sehingga menimbulkan pencemaran di sawah”, tuturnya dengan kesal.
Ketika berita ini diturunkan tak ada satupun Kepala Dinas atau instansi terkait yang berhasil dikonfirmasi oleh awak media.
Rdw/dodo.