Surabaya//suaraglobal.id – Pasca diresmikan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Senin lalu (20/6/2022). Kini kondisi rumah padat karya (RPK) di eks lokalisasi Sememi, Kecamatan Benowo disinyalir sepi atau lenggang pengunjung.
Sekitar setahun lebih orang nomor satu di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya itu meminta jajarannya untuk mendata lebih detail lagi, agar nantinya 40 persen dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2022 yang digunakan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) tersalurkan seluruhnya.
Selain itu, Wali Kota Eri Cahyadi kembali meminta jajarannya supaya update data masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Nantinya dapat mengetahui bagi pemuda yang belum bekerja (nganggur) dan kalangan para ibu-ibu ingin menambah penghasilan, sehingga pihaknya memfasilitasi serta membantu untuk usaha.
Tak jarang pengunjung mendatangi lahan atau aset Pemkot Surabaya eks lokalisasi seluas 323 meter persegi untuk kegiatan ekonomi kerakyatan itu. Pun terpantau dilokasi kerap kali tutup tidak sama sekali adanya aktivitas.
Lantas siapakah yang bertanggungjawab terkait program RPK Sememi Jaya II dengan sepi pembeli tersebut?. Apakah dari pihak Pemkot, DPRD, dan jajaran Lurah Sememi serta Camat Benowo Kota Surabaya, dan atau menduga RPK Sememi Jaya II hanya dibiarkan hingga lepas tangan.
Terkait sepi pembeli, diungkapkan salah satu warga sekitar. Tempat mengais rezeki itu terlihat sepi dan tak jarang orang membeli makanan atau minuman kuliner. Menurutnya lokasi (RPK Sememi Jaya II) agak kurang strategis atau terlalu masuk ke dalam.
“Semuanya yang menempati stan RPK Sememi Jaya II saat itu diresmikan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi banyak yang mundur (berkurang). Mereka rata-rata tidak meneruskan,” ujar narasumber salah satu warga enggan menyebutkan namanya.
“Yo uwes yo opo yo, lek uwong dodolan nomboki tok, kan yo rugi (ya sudah ya apa ya, kalau orang jualan menutup kekurangan dengan keuangan pribadi saja, kan ya rugi) nggak dapat uang,” kata dia.
Beberapa stan kuliner RPK Sememi Jaya II sudah tidak ada yang buka. Karena kalau orang berjualan tidak ada yang membeli. Jadinya, rugi antara modal dan penghasilan pun tidak ada.
“Rata-rata sepi pengunjung tidak ada yang membeli. Jangankan seminggu, sehari saja belum tentu jualannya tidak ada pembeli,” ungkap dia.
Pendapatannya bukan hanya menurun, tapi malah minus. Semua stan lenggang pembeli. Tak dapat penghasilan uang dan tidak imbang mendapatkan untungnya.
“Bisa di lihat saja, gak onok seng teko blas (gak ada yang datang sama sekali),” terangnya lagi.
Kalau cucian mobil dan motor, sambung dia, juga sepi orang yang mencucikan kendaraan. Bahkan alat mesin untuk mencuci kendaraan terkadang rusak.
“Dulu ada cuci saljunya, lalu alatnya untuk mencuci rusak, bahkan alat cuci itu pemberian dari pihak Kelurahan Sememi,” tuturnya.
Dikonfirmasi terpisah, Camat Benowo Kota Surabaya, Denny Christupel Tupamahu menyampaikan dengan rumah padat karya (RPK) wilayah Sememi Jaya II mengalami sepi pembeli, menurut dalih dia wajar. Karena prosesnya berjalan.
“Itu (RPK Sememi Jaya II) sudah berproses berjalan. Ada 3 tiga usaha diantaranya, cuci kendaraan mobil, laundry, dan kuline,” sebut Camat Benowo Denny, yang terhubung melalui seluler whatsAppnya. (uzi/pri)