KUPANG//suaraglobal.id – Penduduk Manggarai menurut cerita rakyat adalah campuran penduduk asli dan pendatang melayu.Orang Melayu Malaka yang datang pertama bernama Embu Mbelu dan Embu Margarinu yang mendarat di pelabuhan Warloka Manggarai Barat.
Kedua Orang tersebut masuk sampai pedalaman dan tinggal di wilayah dekat Ruteng bersama-sama dengan penduduk ras Weddoid yang sudah ada terlebih dahulu.
Menurut cerita rakyat kedua orang inilah yang memperkenalkan api karena sebelumnya penduduk setempat memakan daging mentah. (Toda, 1999)
Cerita rakyat yang lain mengisahkan kedatangan pendatang dari minangkabau yang bernama Mashur bersama dengan saudara lelakinya mohamedtali yang disebut juga Sutan dan saudara perempuan bernama Perkita Jermia.
Orang-orang Minangkabau tersebut juga mendarat di Pelabuhan Warloka Manggarai Barat dan diberikan gelar Kraeng karena sebelum menetap di Flores Barat terlebih dahulu menetap di Bone.
Dari Orang-orang Minangkabau inilah menurut cerita rakyat orang Manggarai mengenal peralatan logam untuk membuka lahan hutan dan mengelola lahan pertanian. (Toda, 1999)
Kebenaran kedua cerita tersebut disaksikan oleh Verheijen (1991) dan Lawang (2004) yang menyatakan bahwa percampuran antara penduduk yang terlebih dahulu dan yang kemudian datang ke Flores Barat belum dapat dibuktikan berasal dari wilayah barat Indonesia dan kemungkinan berasal penduduk dari pulau-pulau di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).
Cerita rakyat tersebut diyakini oleh Toda (1999) dengan adanya cerita rakyat yang diyakini dan masih diceritakan turun temurun.
Cerita tersebut sesuai dengan pendapat Hadiwiyono (1985) bahwa penduduk Manggarai merupakan pencampuran antara penduduk wilayah timur dan wilayah barat Indonesia.
Penulis : Redi Oematan
Sumber : Berbagai Sumber